July 13, 2011

moving out

effective immediately...

see you guys in my new 'home' (:

July 11, 2011

ikan dan disney princess

Berhubung film bagus udah beberapa bulan gak masuk Indonesia (dalam format layer lebar), maka kegiatan kencan menjadi kegiatan yang memerlukan lebih banyak ide kegiatan lain (selain makan dan makan dan makan tentunya). Saya sih senang-senang saja kalau kegiatannya hanya makan doang, tapiiiii kasian dong tulang-tulang dibadan kami yang terpaksa menerima beban lebih berat lagi dari sekarang. Sigh. Akhirnya, setelah bosan menjelajahi mal, hero, giant, ace hardware, dst, kami memutuskan untuk memutar otak sedikit setiap minggu. Kemarin adalah minggu ketika kami melakukan kegiatan yang agak aneh, yaitu berburu ikan dan boneka disney princess atau barbie. Aneh kan?

Berburu ikannya dari lokasi yang ditunjukin sama orang kantor saya yang anaknya maniak ikan, yaitu di Jalan Sumenep. Ceritanya nyokap si pacar emang piara ikan dirumahnya, dan kura-kura, tapi berapa lama lalu kura-kuranya mati diserang kucing (atau tikus). Maka jadilah si pacar mau membeli ikan buat nemenin ikan nyokapnya di akuarium. Kaget juga saya waktu baru sampe, ternyata emang itu tempat ikan hias ya? Banyak banget tokonya, sampe-sampe saya pegel nemenin si pacar berburu ikan, padahal yang dicari ikan mas koki doang tapi sampe niat jauh-jauh ke Jakarta (padahal seneng diajak pacar nemenin dia). Dan ternyata emang menyenangkan nemenin si pacar belaja ikan buat nyokapnya, karena secara gak langsung bisa ngeliat sisi lain dia.

Sambil beli ikan mas koki mutiara (lebih gendut dan shinny dibanding koki biasa katanya), ikan mas koki item, dan ikan pemakan jamur (ato apalah itu), si pacar jatuh cinta sama penyu item yang bawahnya putih. Lucu sih penyunya, yang kodratnya hidup di air asin, tapi si abang penjual bilang kalo penyunya udah aman ditaro di air tawar (istilahnya udah disapih lah). Akhirnya dibeli juga dua ekor penyu item itu buat menggantikan si kura-kura. Semuanya dibungkus plastic yang dikasih oksigen, yang katanya sih tahan 12 jam (awas si abang kalo sampe enggak).

Lalu setelah itu baru kami mampir ke mal buat berburu boneka (dan makan). Bukan berarti pacar saya kelainan lho, dan bukan berarti saya semaniak itu sama barbie. Ini buat kado ulang tahun sepupunya yang masih kecil kok. Gara-gara adegan keliling ini, saya baru sadar kalau sekarang itu mainan anak-anak kurang variatif ya. Akhirnya kami, eh maksudnya si pacar membelikan sepupunya boneka disney princess, tepatnya cinderella. Lucunya, si department store besar tempat kami beli ini gak menyediakan jasa pembungkusan kado. Gimana sih! Terpaksa deh nanti pulang kerumah untuk membongkar koleksi kertas kado saya, kebetulan ada yang mickey mouse kayaknya (padahal dalam hati seneng dimintain tolong sama si pacar buat hal-hal kecil begini).

Habis beli itu makan, terus beli cemilan roti buat makan (lagi). Masih laper sih, gimana dong #pembelaan. Akhirnya kami pulang, sembari was-was ngeliatin ikan di kantong, takut-takut ikannya kenapa-kenapa lagi.

Singkatnya, si ikan selamat di akuarium si pacar. Si penyu juga selamat. Dan dari info di forum, emang si penyu sebaiknya dipelihara dia air laut biar panjang umur. Akhirnya si pacar menitahkan orang-orang dirumahnya untuk besok segera membeli air laut dan filter di pasar dekat rumahnya buat si penyu, biar lebih tahan lama hidupnya. Katanya kasian penyunya nanti kalo di air tawar. Manis kan pacar saya?

Intinya, keluar dari rutinitas itu menyenangkan juga, walau saya tetap mengharapkan si film-film itu masuk segera ke Indonesia. Tanpa film-film bagus itu, saya berasa hampa *lebai*

Vocabulary baru bagi gue yang awam ini:

1. Biopsi: tindakan yang dilakukan untuk mengambil sample dari suatu benjolan yang tumbuh di dalam badan.
2. Radiasi: tindakan yang dianjurkan (dibanding operasi yang menghabiskan waktu 5 jam bius total) dan dilakukan berulang-ulang setiap hari selama puluhan kali sampai si benjolan gosong dan hilang.
3. Paket VIP: dianjurkan untuk orang yang tidak mau menunggu lama dan mengantri panjang.

Money means nothing, nothing at all.

July 6, 2011

Flashback

Lagi ngomongin kado sepupu cewe si pacar yang masih kecil, mendadak flashback tentang salah satu ultah gue sendiri di masa puluhan tahun yang lalu (eh tua dong gue?). Kayaknya gue masih SD waktu itu.

Waktu itu baru pindah rumah ke daerah gue tinggal sekarang. Disini masih definitely sepi dan lowong. Udara masih seger, secara, polusi mobil masih super jarang. Cuman ada satu plaza dan satu supermarket (sedangkan sekarang ada 10 kali gedung hiburan macam itu). Waktu itu, hampir hari ulang tahun gue, dan kebiasaan pas jaman kecil adalah cake dan kado, yang membuat hari ulang tahun anak kecil menjadi lebih semarak. Sampai sekarang pun sebenarnya masih selalu ada kebiasaan itu di setiap ulang tahun anggota keluarga gue (at least kalau gak ada kado ya ada kue).

Bokap gue adalah bokap yang paling sayang anak sedunia. Berhubung anaknya cewek semua, tentu saja dia selalu dekat dan memanjakan anak-anak gadisnya itu, walau waktu cerita ini, anaknya bahkan belum jadi gadis. Waktu itu bokap pengen nyenengin gue dan beliin gue kado. Pas ditanya, hadiah yang ada di benak anak cewek macam gue ya boneka Barbie. Entah kenapa dulu gue suka banget sama Barbie dalam kotak pink yg kalo baru dibuka, yang rambutnya masih kinclong halus, yang kita harus ngelepasin pengikat halusnya yang bentuknya kayak senar tebel, ditambah sepatu pink-nya dan bajunya yang modis, lengkap pula dengan sisirnya. Tapi jujurnya, habis dibuka paling kegirangan gue gak bertahan lama, antara gue bosen sama benda itu atau keburu rusak.

Dan waktu itu, harga Barbie sama kayak sekarang. Ajaib juga Barbie gak kena pengaruh ekonomi, secara harganya sama sampe sekarang (tapi dulu dollar masih 2000 perak). Saat itu bokap baru keluar banyak duit segala macam hal lainnya (yang saat itu belon bisa gue ngertiin).

Intinya, bokap lagi bokek, tapi sebagai bokap yang sayang anak, dia pengen bikin anaknya seneng walau sebenernya dia gak ngerti apa gunanya boneka mahal yang kecil itu. Gue inget banget dia ngajak gue ke mal (atau plaza) buat milih si Barbie itu. Dan gue milih Barbie yang ceritanya gue taksir setengah mati dan Barbie itu mahal.

Bokap cuman ngambil kotaknya dari tangan gue, ngeliat harganya (yang biasa ditempel di bawah), dan mikir lama. Mukanya keliatan sedih.

Sumpah gue gak akan lupa ekspresi bokap di hari itu.

Dia menghela nafas, dan naro Barbie itu di rak. Lalu dia ngelus kepala gue dan bilang, 'nanti ya papi beliin'. Lalu dia senyum ke gue, senyum seorang bokap yang kecewa karena gak bisa beliin anaknya sesuatu yang dia mau.

Ajaibnya, saat itu gue langsung berasa bodoh, ngapain juga gue minta benda gituan. Maka ketika kami berjalan kembali ke mobil, gue yang masih kecil bilang ke bokap kalo gue berubah pikiran dan gak butuh boneka Barbie itu. Even gue yang masih kecil pun akhirnya tau kalo benda itu mahal. Dan useless.

Dan sebenernya hadiah terbaik buat gue adalah perasaan sayang bokap gue ke gue yang kebaca jelas dari raut mukanya. Dari jaman gue kecil sampe sekarang, bokap selalu menjadi saviour gue disetiap saatdan bokap rela ngelakuin apapun buat anak-anaknya (literally), dan dia selalu mau keluarganya senang.

Itu jauh lebih baik dari Barbie yang notabene after 3 bulan paling udah putus kepalanya sama the little me. Bener deh, Barbie itu lebih cantik di dalam kotak, dan di rak toko, dibanding kalo dimainin dirumah. Sejak kejadian itu, gue gak pernah minta kado Barbie lagi dari bokap, walau obsesi sama benda pink dalam kotak pink itu masih tertinggal. Sampai di satu titik gue berhasil beli barang itu pake duit gue sendiri, dan rasanya gitu aja, ilang deh obsesi gue. Sejak itu gue gak pernah beli Barbie lagi.

Intinya si Barbie-Barbie itu sudah tamat riwayatnya di tangan gue, dan obsesi gue udah ilang, tapi rasa sayang bokap gue ke gue masih akan ada sampe nanti-nanti.

Dan sekarang berhubung gue udah jauh lebih gede dari amsa gue kecil, ini waktunya gue balik nunjukin rasa sayang gue ke bokap.

When you take, you need to give. I love you, daddy!

July 4, 2011

People change, and don't

It wakes me up, that somehow, people change, and somehow, people don’t. I used to think that I am the same person as I was before, but that’s not true, because I am not the same person as I was before. Even my face is changing (not like I have a nose job or something), it’s just that my face is merrier than before (they’ve said to me).

But to tell you that I am change, I am not really sure that I can state about that either. And somehow, I don’t think that people can change, like the-bad-become-good change. This is real life, not a story when a bad man experience some nearly-dead time and change drastically after that. Sure not as easy as that. There’s a lot to tell and there’s a lot to feel that somehow maybe people just being different person than before. But that doesn’t mean that they’ve changed.

They’re just, in one way to say, adapting. Life cut some part of here, mold lots part of there, shake few part of this, and break bunch part of that. So yeah, I really think that people don’t change, it’s a mere adapting themself into a new condition that suits them better.

And maybe their inner side has a lot of influences toward them being different. Just maybe. (And maybe not.)

But at least, people grow, whether it’s growing better or worse (Because time is always coming forward, right?).

And I categorized myself as growing, not bigger (or older of course), but tougher (and wiser I hope).

And more content.

And a lots lots lots happier.

Thanks God for it (:

June 22, 2011

Him again

I’m bored, with so many works to do and so little time to take a peaceful breath. So, like exactly everyone’s doing around here, I open my facebook and stalking my boyfriend’s page (yeah baby, I spend some of my time to do that when I’m bored). And I found this picture that he had taken somewhere I don’t know. And it captivated my eyes.



Damn, it is good.

I don’t even know that he could play with his work like that, that he could, by all means, play with emotions in his picture. That’s why I decide to take some time from my lunch break to write this, because I wanna show you his work.

Seeing this picture makes me feel the small dosage of sensuality of it, the small container of sexiness, and the naked desperation. This picture show some sad story somehow, but I can smell a passion too.

And I don’t even know where the hell did he take this picture from.

Well, well, my boyfriend, amazingly, has some art streak in his blood. And it’s really turn me on (don’t use your dirty mind to interpret it, okay).

Wishes list last year

Habis baca-baca blog sendiri, mendadak sadar kalau gue pernah ngutang cerita tentang wishes list last year. Sebenarnya kalau diinget sampe akhir tahun, bisa dibilang keinginan gue belon terkabul total. Yah tapi plus minus kira-kira gak bisa dianggep gagal deh wishes list-nya, karena somehow beberapa keinginan itu terkabulnya after new year.

Permintaan pertama gue adalah pantai. Terkabulnya adalah pas bulan februari pas gue ke Bali sama tiga ibu-ibu arisan. Sebenarnya sih gue ketemu air laut cuma pas berkapal ria subuh-subuh di Lovina buat nyari dolphin yang amazingly gorgeous! Buat kalian yang gak pernah, mungkin pas ke Bali try to spare some time to do this kind of thing. Yah, spare lots time sih benernya, habisnya dari pusat kota bali tuh Lovina jauhnya alamakajan. Perjalanannya sendiri 4 jam dari bandara Ngurah Rai, tapi kalau buat yang datang lewat Gilimanuk mungkin bakal lebih cepet sampe di Lovina karena Lovina itu posisinya di utara pulau Bali. Dan buat liat lumba-lumba lo perlu ke laut subuh-subuh, which means perlu nginep malem sebelumnya. Diliat dari effort kesananya, gue sih cukup puas sama perjalanan di laut yang tenangnya layaknya permukaan agar-agar yang licin mulus. Some fresh air and lots dolphins can do much for my peace of mind :)

Permintaan kedua gue adalah piknik, yang masih gagal sampe sekarang. Keranjang pikniknya akhirnya gue pake buat naro barang-barang keperluan scrap book. Sigh. Habis gimana dong, perfect place yang gue temuin kayaknya udah ditemuin sama orangt-orang lain juga huhuhu, penuh orang gitu tempatnya jadinya. Tapi gue gak akan nyerah! Gue pasti bakal piknik!

Ketiga adalah soal tamasya. Sometime around Maret-April gue sempet liburan kecil-kecilan ke Puncak rame-rame sih, yah walau kurang puas tapi bisa dianggap tamasya lah secara repotnya persiapan pergi ini menguras tenaga yang lumayan.

Keinginan keempat adalah makanan India yang kesampaian dengan sukses. Yeah, sang pacar akhirnya rela terpaksa menemani gue makan kari india pakai roti cana yang ternyata enak, asal karinya bukan yang kari pekat dan bau rempah.

Kelima adalah pohon natal, yang sebenarnya bisa dibilang gak kesampaian. Tapi gue berhasil bikin pohon natal berbentuk kartu natal buat orang kantor. Consider it done :D

May 19, 2011

Cheer up and have fun, will ya?

Lo pernah ngerasa bahwa, entah kenapa, hidup lo hari ini itu lancar banget? Atau bahkan kusut banget? Maksud gue, gak harus exactly hari ini. Bisa aja hari kemarin, atau dua hari yang lalu, atau minggu lalu, atau kapanpun. Dan juga bisa ternjadi beberapa kali. Gue yakin kita semua pernah ngerasain hari yang semacam itu, kalau lo ngerasa gak pernah, coba inget-inget lagi.

Contoh mudahnya adalah perjalanan lo di jalan raya. Misalnya dari dari rumah menuju kantor atau sekolah dan vice versa, perjalanan ke luar kota, perjalanan kemanapun. Gue pernah, malahan cenderung sering. Hal yang biasa lo lakuin secara rutin secara gak sengaja akan membentuk semacam pola di pikiran lo, sehingga begitu ada kejadian aneh dikit aja, lo langsung ngeh. Atau mungkin lo gak begitu?

Buat ilustrasi aja, perjalanan dari rumah gue menuju kantor gue setiap hari itu, walaupun dekat, tapi nyatanya banyak banget cobaannya. Hmm, mungkin gak terlalu banyak, mungkin sejumlah seribu lima ratus mobil atau lebih. Perjalanan yang harusnya cukup untuk dua puluh menit saja itu rata-ratanya menghabiskan waktu satu jam. Apalagi kalau hari rabu sore, dan siangnya hujan. Astajim urut dada deh. Pokoknya keluar kantor itu matahari masih tersenyum malu-malu, sampai rumah mataharinya udah tidur pules. Capek kali dia ngeliatin arus lalu lintas tiap hari. Rasanya ada hari dimana semua orang di jalan, dari mobil, motor, polisi, pak ogah, angkot, bus, truk, semuanya lagi emosi jiwa. Sepanjang jalan penuh sama makian, klakson pendek maupun panjang, dim sih udh gak mempan saking seringnya muncul. Pada bad hair day semua kali ya sampe segitu emosi jiwanya. Di ujung sini ada motor nyenggol motor dan dua-duanya lagi turun berantem. Maju seratus emter lagi ada truk super gede yang mogok di tengah jalan. Maju seratus meter, ehhh ada bekas motor nyenggol mobil dan semua penumpangnya juga lagi berkacak pinggang sambil dikelilingin sama pengendara lain yang ‘sok solider’ padahal mau cari ribut doang. Belon lagi bus umum yang gede dan gak mau ngalah. Sinting deh arusnya pas saat begini.

Tapi juga ada kebalikannya dimana arus itu rasanya lancar plong. Dan lancarnya bukan yang jalanan kosong melompong gitu. Jalanan tetep rame, tapi lancar. Rasanya di hari semacam itu gak ada motor yang mengerumuni layaknya nyamuk disekeliling mobil, gak ada klakson yang nyala, gak ada dim dari mobil lain. Mau belok di tempat macet tau-tau pas sampe belokan, settt, jadi lancar. Liat macet dikit pas nyampe ehhh tau-tau depan kosong plong. Cinta banget deh gue sama jalanan yang kayak gitu.

Kalo diliat-liat, kondisi jalanan itu layaknya hidup aja kali ya. Ada saatnya lo ngelewatin ordinary life. Ada saatnya lo ngelewatin hari paling nyebelin sedunia. Ada juga saatnya entah kenapa lo bahagia banget sepanjang hari. Itulah hidup, mau hari baik, mau hari buruk, mau hari biasa aja, begitu satu hari selesai lo akan ketemu hari yang lain. Terus berulang begitu sampai kita diminta pindah ke alam lain kelak. Waktu gak akan berhenti tanpa peduli kejadian apapun yang kita alami disini. Makanya akan sangat rugi kalau lo terus me-re-live hari membahagiakan yang lalu atau terus terkurung dalam hari buruk yang juga telah lalu. Lo bakal kehilangan hari yang ada sekarang. Gue gak bilang kenangan itu gak berguna, selama kita inget bahwa waktu itu terus berjalan di hari ini. Lagi-lagi sama kayak di jalan, lo bakal lupa kesemerawutan dan kelancaran di jalan begitu lo beraktivitas di tempat tujuan. Sama kayak hidup juga sebenernya menurut gue, gampang buat lupa sama suatu kejadian yang gak lo ulang terus dikepala lo. Kalo menurut lo gak begitu, try harder. Seperti kata pepatah bodoh, pekerjaan sesusah apapun akan terasa ringan kalau tidak dikerjakan. Gimana caranya lo mau lupa sama suatu kejadian kalau setiap hari kejadian itu lo puter terus dikepala lo. Yah mau diinget sih sah-sah aja, asal inget juga buat pay attention fairly for this day.

Dan gue yakin seyakin-yakinnya, bahwa setiap pagi ketika bangun, lo gak akan tau hari macam apa yang bakal lo lewatin. So, prepare for the worst and embrace for the best. You wouldn’t know what will wait for you in the corner, right?

April 9, 2011

Balada anak kuliahan

Visualisasi alasan mengapa manusia hanya bisa berkonsetrasi selama maksimal 30 menit.
Waktu dan Tempat: Kelas, kapanpun, dimanapun
* Semua tidak melibatkan suara selain suara hati

Slide 1: Oke, kali ini harus ngedengerin donggg penjelasan si bapak.
Slide 2: Semangat nih jadinya.. *buka buku text, buka power point di computer, liat slide show di LCD*
Slide 3-5: La la la.. *mulai menstabilo text book*
Slide 6-8: *mulai nulis di notes apa aja yang diomongin sama si bapak*
Slide 9: Hoahm, ngantuk yaaa.. Buka wi-fi bentar ahhh… *mulai mengutak-ngatik jaringan wifi*
Slide 10-12: Cek facebook bentar ahhh… *membuka browser* *login dan password*
Slide 13: Cih lelet internetnya! *menutup browser*
Slide 14-16: Buka twitter aja dehhh… *membuka browser lagi* *login dan password*
Slide 17: Apa-apaan sih internetnya!! *menutup browser lagi*
Slide 18: Ini pasti konspirasi biar gue belajar yaaa?! *kesal*
Slide 19: Bosannn ngantukkk *muka bête sambil memutar-mutar dudukan kursi pelan-pelan*
Slide 20: Dohhh, masih ada berapa slide sih??? *cek power point* *slide 20 of 48*
Slide selanjutnya: *pingsan*

April 8, 2011

Sang Pengajar

Tadi pagi sempat hadir dalam acara peluncuran buku oleh seorang dosen yang juga adalah arsitek terkenal Indonesia yang sudah sangat lama berkecimpung dalam dunianya di Indonesia. Kalau anda bertanya pada orang yang belajar mengenai arsitektur, apalagi golongan yang lebih tua dari usia saya, saya rasa mereka pasti pernah mendengar namanya. Saya sempat diajar oleh dia pada saat kuliah beberapa tahun yang lalu. Saya juga pernah menjadi asistennya di kelas ketika saya sudah lulus kuliah beberapa tahun yang lalu juga. Namanya adalah Pak Bianpoen, yang gelarnya mungkin segunung, tetapi dia selalu menulis namanya dengan singkat. ‘Bianpoen.’ Judul bukunya adalah ‘Untuk Apa? Untuk Siapa? Rangkaian Pemikiran Lingkungan Berkelanjutan.’

Memang sejak saya pertama diajar oleh beliau, yang selalu ditekankan oleh sang maestro adalah Pembangunan Berkelanjutan, yang ternyata sudah disuarakan oleh beliau sejak jaman beliau mulai berpikir kritis di masa mudanya. Tetapi topik dalam bukunya bukan apa yang akan saya bicarakan dalam tulisan singkat ini. Yang akan saya bicarakan adalah sosok penulisnya. Seorang unik yang mungkin bisa dianggap aneh dalam dunia absurd ini. Konsisten dan terus berlangsung, begitu sikap beliau dalam menekankan pemikirannya, berpikir, dan lalu melakukannya. Tentu pemikiran beliau bukan hanya sekedar prinsip kosong belaka. Beliau punya alasan, banyak alasan, dan beliau punya pengetahuan, banyak pengetahuan.

Melihat acara peluncuran buku beliau, dimana beliau duduk ditengah dikelilingi oleh rekan terdekatnya, dan melihat kesekeliling ruangan dimana terdapat beberapa arsitek kenamaan Indonesia yang turut datang untuk beramah-tamah atau memberi hormat atau bahkan mengkritik. Sesosok tubuh yang sudah berumur yang dengan pikirannya berhasil membuat orang disekitarnya tergerak dan menghormatinya. Saya tahu kehebatan dia sepanjang hidupnya sekilas, tetapi tidak pernah tahu mengenai sisi hidupnya yang lain, selain sebagai pengajar tegas yang meminta kita untuk berpikir lebih kritis. Tidak pernah saya bayangkan bahwa dia, sosok yang rela melepas jabatan, pekerjaan, dan uang tentunya, hanya demi mempertahankan prinsipnya.

Saya tidak tahu apakah pemikiran beliau salah, atau benar. Saya tidak tahu berapa banyak orang yang sudah dihadang oleh beliau selama masa mudanya untuk menekankan prinsipnya, atau berapa banyak orang yang dilewatkan oleh beliau. Saya tidak tahu. Yang saya tahu hanyalah sosok orang tua yang luar biasa pintar, yang selalu membuat saya kagum dengan pemikirannya, dan kagum dengan kekuatannya.

Bukan berarti dia besar dan kokoh, justru dia tampak kecil dan ringkih, usianya sudah 81 tahun. Dia masih menggunakan tas bututnya untuk membawa barangnya. Dia selalu menggunakan berkas OHP-nya untuk memberikan pengajaran di kelas. Dia selalu menggunakan sepatu tuanya. Dia selalu tersenyum ramah ketika disapa dimana saja walau tidak pernah berhenti untuk berbasa-basi. Dia selalu rapi dan tegak. Dia selalu makan sendirian, di mal atau di kantin. Makanan yang dimakannya pun ajaib, resto fast food yang seharusnya sudah tidak dimakan oleh orang seusianya. Dia terkadang kembali ke kantor setelah makan siang dengan membawa 2-3 kantong belanjaan supermarket. Dan dia menyetir sendiri. Sampai beberapa tahun yang lalu, dia katanya masih membawa mobil tuanya yang sudah sangat antik, walau sekarang sudah diganti dengan mobil yang lebih modern. Dia masih mengajar selama 3 hari dalam seminggu di kantor saya.

Dia selalu disana, dengan pemikirannya yang luar biasa yang ditelurkan dalam badannya yang kecil. Dengan senyumnya yang ramah tanpa kata-kata. Suatu sosok luar biasa yang mau tidak mau membuat saya hormat padanya dan merasa diri lebih kecil dari ujung kukunya sekalipun. Saya berharap dia bisa hidup selamanya, tetap sehat dan tegas dalam mengeluarkan ajarannya, pikirannya, dan prinsip hidupnya.

Salut, Pak Bianpoen, hormat saya besertamu.

April 1, 2011

Space, dalam perspektif saya

Sebagai manusia yang terlibat dalam Jurusan Desain Interior, yang selalu menjadi topik pembicaraan adalah suatu kata yang sering disebut space. Sebelumnya saya meminta ijin untuk menggunakan ejaan dalam bahasa Inggris, karena bahasa Indonesia, dibalik semua kehebatannya, terkadang masih terbatas untuk digunakan ketika membahas suatu pengertian tertentu. Sebenarnya apa sih space itu? Kenapa space bisa menimbulkan keributan yang berkepanjangan? Saya tidak akan membicarakan space dalam perspektif orang lain yang pernah membahas mengenai space, yang banyaknya tak terhingga. Yang akan saya bicarakan itu murni dari pendapat saya (yang mungkin mirip dengan pendapat orang lain, dan mungkin juga berbeda dari pendapat orang lain).

Space, salah satunya, bisa diartikan dengan dimensi ruang. Mudahnya, anda membuat garis pembatas di suatu area, maka itu sudah menandai space anda. Itu mudahnya. Sedikit diatas mudah, anda membuat teritori milik anda, dan itulah space anda. Cara susahnya, secara tak langsung pancaran kepribadian anda akan membentuk space milik anda.

Yang pertama, membuat pembatas. Kasarnya, misalnya ruang 3x3x3, diberi lantai, dinding, dan langit-langit. Lalu anda duduk di tengahnya. Batas yang ada disekeliling anda adalah space anda. Tapi kok space anda kosong sekali ya? Kalau kosong, bagaimana anda bisa mengatakan bahwa itu adalah space anda? Bisa saja saya datang dan duduk disana ketika anda tak ada. Dan saya bisa mengakui kalau itu space saya. Lalu ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada saya, maka kita bisa berdebat selamanya tanpa menemukan jawaban mengenai space siapakah itu.

Maka muncul makna kedua, membuat teritori. Anda meletakkan barang-barang milik anda didalam dinding 3x3x3 itu. Anda meletakkan sofa untuk duduk, rak buku ditepinya, dan gorden di jendela untuk menghalangi cahaya matahari masuk ketika anda membaca nanti. Tapi lalu apa yang akan terjadi ketika anda pergi dari area itu. Misal anda keluar dari ruangan tersebut selama sejenak dan membiarkan ruangan itu kosong. Misal anda lelah membaca dan pergi ke kamar sebelah untuk tidur. Bisa saja orang seperti saya, lagi-lagi, datang dan masuk ke ruangan itu lalu mengakui itu menjadi milik saya. Dan kejadian sama akan berulang, anda bingung, saya juga bingung, dan kita sama-sama bingung. Space siapakah itu? Apakah space itu?

Jadi akhirnya muncul makna ketiga, membentuk kepribadian. Atau ciri khas. Atau jiwa. Apapun sebutannya. Pemaknaan yang satu ini sifatnya lebih abstrak, tapi sebenarnya mudah. Pembentukan kepribadian ini sifatnya secara disengaja maupun tak disengaja. Contoh mudahnya adalah cerita yang saya dapat dari presentasi mahasiswa Kajian Teori Desain pada semester lalu, yaitu cerita tentang seorang anak yang takut berada di ruangan gelap sendirian sehingga dia bersiul untuk menenangkan pikirannya. Area dalam ‘siulan’ anak tersebut bisa dibilang sebuah pembentuk space milik si anak.

Jiwa, atau kepribadian, adalah hal abstrak yang susah dijelaskan dan tentu tidak bisa dilihat, tetapi keberadaannya mutlak. Contoh mudahnya dalam kehidupan kita, misalnya meja kita di kantor akan terasa berbeda dengan meja rekan kerja kita. Posisi benda di meja dan perbedaan ragam benda saja sudah bisa memberikan karakter yang berbeda. Orang perfeksionis akan memastikan mejanya selalu rapi tak bercela sehingga ketika gelas di mejanya bergeser sedikit saja maka dia akan tahu. Orang sibuk akan memenuhi mejanya dengan tumpukan kertas pekerjaan yang harus diselesaikan dan ajaibnya bisa bekerja dengan baik di area yang tampaknya tak karu-karuan bentuknya. Coba jika meja kedua orang tersebut ditukar, pasti keduanya akan merasa tak nyaman bekerja di meja yang bukan miliknya.

Contoh lebih rumitnya adalah seorang anak perempuan kecil yang ayahnya baru menikah lagi menolak keras ketika ibu tirinya mendekor ulang kamar tidur bekas tempat mendiang ibu kandungnya di bulan ketiga pernikahan ayahnya. Padahal sebelumnya anak tersebut tidak menunjukan penolakan ketika ayahnya mau menikah lagi dan kondisi rumah setelah menikah pun baik-baik saja. Alasannya tampak sepele, tapi mungkin berarti segalanya bagi si anak. Alasannya adalah ketika dekorasi kamar berubah, maka bisa jadi warna yang mengingatkan dia kepada ibunya menjadi hilang. Wangi parfum ibunya yang tersisa di kamar mulai menghilang, digantikan oleh wangi parfum ibu tirinya. Mulai memudarnya hal-hal yang menandakan kenangan antara dia dan ibunya membuat si anak ketakutan sehingga ia mengeluarkan penolakan tersebut. Posisi kenangan antara ibu kandung dan si anak menjadi lenyap, membuat dia sulit untuk merasakan keberadaan ibunya dan ketidakadaan ibunya menjadi semakin diingatkan secara jelas.

Sekilas mungkin terasa seperti ranah psikologis sekali, dan mungkin memang demikian. Itu sepertinya salah satu hal yang membedakan area arsitektur dan interior. Interior jauh lebih personal, pendekatannya pribadi, karena interior bukan hanya harus enak dilihat tetapi harus enak untuk digauli. Toh kita akan hidup dan berinteraksi didalamnya.

Akhir kata, pernah saya membaca kalimat dalam sebuah novel, bahwa rumah yang ideal bukan rumah yang keindahannya tampak seperti rumah-rumah dalam majalah tetapi terlalu dingin untuk ditempati. Rumah yang ideal adalah rumah yang hangat dengan dapur yang berantakan dengan adegan ibu memasak bersama anaknya serta ruang keluarga yang berisi mainan anak-anak bergelimangan di sekitar sofa. Itulah rumah yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Itulah ideal. Itulah space. Sama-sama ruang keluarga tetapi yang satu digauli dengan baik dan yang satu hanyalah keindahan tanpa nyawa.

Tetapi lagi-lagi itu hanyalah pendapat saya. Manusia boleh berpendapat selama argumennya jelas, bukan? Apa serunya hidup jika semua orang memiliki pendapat sama.

Prayer

God,

I try hard enough to be good.
And if you see that that’s not enough,
I’ll try harder and harder.

You may test me, tempt me, and try me,
Slap me, step on my foot, bring me to my knees,
You may let me cry, scream, afraid,
Just remind me that You have some reasons to make me this way.

Because I know, You never leave me alone;
You will give me sweet and warm,
You will fulfill my need,
You will hold me when I’m fall,
You will lead me when I’m blind,
You will show me the way when I’m lost,
You will talk to me when I’m deft,
You will comfort me.

Despite all the hardness of life,
Despite all the tears and hurt,
I do know that you will make me smile and laugh too.

I’m pretty sure that You’re planning something wonderful for me,
After all, there is always a rainbow after the rain.

So I’ll try my best not to complaining.
I’ll try to live accordingly to You.
And I believe in You, fully.

March 31, 2011

Pahit versus Manis

Saya kenal dua orang wanita yang kepribadiannya berbeda 180 derajat.

Satu adalah wanita yang punya (hampir) segalanya. Suami yang setia, sabar, pengertian, dan penyayang. Anak-anak yang sehat, aktif, dan lincah. Keluarga yang utuh. Rumah besar. Uang berkecukupan. Mobil lebih dari satu. Pekerjaan suami stabil dengan penghasilan tetap. Dengan kata lain, rumah tangga yang (seharusnya) bahagia. Dengan kata lain, kehidupan yang (seharusnya) manis. Kita sebut kehidupan ini adalah kehidupan milik sang Wanita 1.

Lainnya adalah wanita yang kehidupannya setengah. Dia punya segalanya, sekaligus tidak punya apa-apa. Memang hidupnya berkecukupan, setidaknya sandang, pangan, papan, plus leisure bisa terpenuhi. Anak sehat, aktif, dan lincah. Pekerjaan stabil. Tapi tanpa suami. Hanya ada kecaman. Hanya ada ancaman. Hanya ada pria-pria yang lebih banyak memberi air mata daripada canda tawa. Ada cinta, tapi tidak ada rasa aman. Dengan kata lain, kehidupan yang (seharusnya) pahit. Kita sebut kehidupan ini adalah kehidupan milik sang Wanita 2.

Dengan tipe kehidupan seperti itu, kodratnya, seharusnya, Wanita 1 memiliki lingkungan yang lebih memadai untuk membentuk pribadi yang positif dan Wanita 2 memiliki lingkungan yang lebih memadai untuk membentuk pribadi yang negative. Salah besar. Pada faktanya, ternyata Wanita 1 jauh lebih memancarkan aura negative dari Wanita 2. Wanita itu memang selalu penuh kejutan bukan?

Mengobrol dengan Wanita 1 selalu berisi keluhan. Diantara kata-kata (yang murni hanyalah kata-kata di mulut saja) berupa ucapan syukur, terselip omelan kekecewaan terhadap suami yang dianggap kurang memuaskan baik secara jasmani, rohani, dan materi. Terucap makian-makian yang kurang pantas dikeluarkan di muka umum. Terlontar keluhan-keluhan yang vulgar. Intinya, tidak tahu cara bersyukur.

Mengobrol dengan Wanita 2 selalu berisi lelucon. Diantara kata-kata (yang tidak diucapkan secara faktual) berupa lelucon mengenai cerita kehidupan pahit, terbersit ungkapan syukur terhadap apa yang dimiliki tanpa meratapi apa yang tidak dimiliki. Sinis tetapi berani. Tegar sekaligus perih. Intinya, teriakan yang tidak terdengar tetapi berasa sampai ke jiwa.

Intinya, hidup itu tak pernah bisa diduga. Dan sering tidak adil, bagi kita, manusia. Tetapi kan yang kita lihat hanya sebagian kecil. Selama Tuhan menganggap bahwa itu adil, terima sajalah, dan bersyukur. Toh kita masih hidup, bukan?

March 23, 2011

Life, as I know it..

Pernah ada masa-masa dimana gue percaya ama dunia semanis cotton candy. Bukan berarti sekarang gue gak percaya sama dunia semanis madu semacam itu. Gue tetep yakin dunia itu ada, tapi bukan untuk orang seperti gue. Buat gue, hidup itu layaknya rasanya nano-nano, campur aduk.

Dunia pink ala cotton candy cuma terjadi sama orang-orang manis yang suka pake baju-baju berenda dan baby doll warna pastel. Buat cewek yang memelihara anjing maltese, pom-pom dan shihtzu yang dikasi hiasan pita di kepala dan lonceng di leher yang dijinjing dalam tas kemana-mana. Cocok buat cewek yang pake balet shoes mungil berwarna pink atau silver. Cewek-cewek yang koleksi ratusan Barbie dan puluhan Teddy Bear. Intinya, cewek-cewek pink. Well, I’m not those kind of girl.

Gue cewek yang lebih suka pake jeans dan atasan dibanding rok terusan. Anjing yang ada dibenak gue tuh anjing golden yang berlarian liar di taman, bukan dikandangin ato ditaro di dalam tas. Gue lebih nyaman sama warna hitam putih abu-abu yang kesannya netral. Dibanding jatuh cinta sama Hello Kitty, gue malah fall in love sama Eeyore yang gloomy.

Gue cuma orang yang sadar sekali kalau dibawah bunga-bunga yang bewarna-warni, terdapat tanah yang warnanya coklat dan rasanya lembek. Sebagai seorang realis, hal yang gue sadari secara penuh adalah bahwa hidup itu pahit, tapi gak perlu ribut, Tuhan ngasih kita gula buat mempermanis hidup kok.

Cewek-cewek itu dan gue emang definitely berbeda karakter. Tapi bukan berarti cewek-cewek itu dan gue punya porsi yang berbeda buat ngerasain senyuman. Sama-sama manusia, apapun packaging-nya, hak buat ngerasain senyumannya sama besarnya. Kami punya kesempatan yang sama kok buat ketawa dan ngerasa bahagia. Jadi, gak perlu dibandingin atau disesalin.

Emang sempet ada masanya ketika buat gue packaging itu jadi penting sekali. Saking pentingnya, kadang gue bahkan pernah sampe lupa ngeliat isinya. Kayak milih wine di cellar. Lo gak akan nyangka bahwa wine terenak mungkin tersimpan dalam botol yang paling debuan dan dekil.

Intinya, Tuhan itu adil. Dia sengaja nyiptain manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Maka dari itu sebenernya lo gak perlu mengubah atau menyembunyikan keunikan lo. You can choose to be whether a trendsetter or a copycat. Yah, gue juga bukan trendsetter sih, tapi gue jelas bukan copycat. Hidup aja udah susah, kenapa perlu repot hidup dengan standard orang lain?

Jadi ngerti kan kenapa gue cinta setengah mati sama hidup gue?

March 15, 2011

Album of The Now (:

And the winner goes to: Train – Save Me San Francisco. Do you know about them? I think you do, because they’ve been so popular lately. The songs in this album are so great! Train’s really brings me into a different perspective of music. Since I start to hear Hey, Soul Sister, I feel desperately in love to their songs. For your information, the theme of this album is love. As I quote from their site, Monahan explored the age-old concept of love through his signature storytelling lyrics and the album, as he explains, is "about love in every way you can think about it."

I confess that I just know about them lately, maybe last year. And I, myself, know this band because of this album. I never hear about them before, shame on me. And to know that they’ve been in the music world for 7 years! Where am I before?

The first song that makes me fall in love with them is Hey, Soul Sister. Their tune makes me want to swing with the song. It always makes me smile. After that, I fall in love with If It’s Love. Their third single that still going up and down in billboard chart now is Marry Me.

One of their songs that still linger in my head is Shake Up Christmas, but it’s not in this album. Everytime I plays this song in my car or my boyfriend’s car, someone always spoke, “The Coca Cola’s song!” and I always answer, “Really?” and they will say, “Not sure.” I really never watch any television program, so there’s no chance that I will know about any advertising song. And just now I find out that this is really the song for Coca Cola advertising! (Thanks to Mr. Google) You really always surprise me, Train!

So, for now, consider me as the fans of Train. Tho I don’t really know about them, about the personnel, the history, the biography, whatever. I just know that I like their songs. I really really like their songs.

B.A.L.I - The Islands of Gods

Bermula dari kegiatan rutin temen gue yang selalu ngecek situs airlines yang lagi promo. Alhasil, akhirnya kami, tujuh wanita bosan kerja, membeli tiket PP Jakarta-Denpasar secara impulsive. Tiket yang kami beli itu jaraknya masih almost setahun dari tanggal pembelian sampai keberangkatan. Lamanyaaa.

Dan seperti layaknya sebuah rencana yang baisanya berguguran, dari tujuh anggota, pada akhirnya pas sampai pada hari H, hanya empat yang tetep jadi berangkat. Gue sendiri adalah salah satu yang mikir mau berangkat apa enggak. Masalahnya, bolos kuliah booo kalau berangkat. Tapi apda akhirnya, sumpah sungguh, gue sama sekali tidak menyesal sudah datang ke Bali. Mau liburan seberapa kali pun, seberapa sering pun, Bali akan selalu menjadi tempat yang berkesan di benak gue. Dipaksa tinggal disana pun gue mau *loh.

Yang jelas, Bali tuh panas sangat selalu, sampai gue akhirnya beli topi anyaman gede mampus yang bisa berfungsi jadi payung juga (eh ini bercanda loh bisa dijadiin payung, orang anyamannya bolong). Walhasil gue dijemur matahari sana sini sampe rasanya kering deh. Untung pas balik, si kulit tidak menghitam hohoho.

Dan yang jelas bali cuek, mungkin karena budaya kebarat-baratan kali ya, lo bisa jadi siapapun di bali. Who cares anyway? Lagian keuntungan gue adalah muka yang katanya kayak ‘bukan orang sini ini.’ Gue sampe diajak ngomong mandarin, diajak ngomong inggris (yang adalah template pedagang disana sepertinya), sampai-sampai kalau gue jawab bahasa indo, si mbok (atau mbak dalam bahasa Bali) bakal kaget dan bilang, ’Kirain bukan orang sini.’

Satu-satunya hal yang gue sesalin adalah kenapa gue gak beli si arak Bali merek Barong itu?? Botolnya kan lucu mampus. Lumayan buat nambahin koleksinya liquor-nya pacar. Sebal-sebal-sebal.

Anyway, buat orang yang mau ke Bali, mending sebelum bikin itinerary, perhatiin dulu hobby lo apa. Kalau hobby belanja, ya berkunjunglah ke segala pasar-pasar itu serta daerah belanja yang bagusan macam Kuta-Legian-Seminyak. Kalau hobby olahraga air, ya pusatkanlah kegiatan anda di tempat olahraga air. Kalau hobby budaya, ya berkunjunglah ke Pura dan museum yang jumlahnya seabreg disana. Kalau suka seni, ya pergilah membuat keramik di Jenggala (yang mahal mampus itu loh course-nya), atau pengrajin perak di Celuk, atau nonton tarian atau upacara adat.

Saran lainnya, siap-siap makan terus disana, karena disana banyak makanan enak dan café maupun restoran disana jumlahnya zillionan.

Saran gue lagi, kalau cuma Bali, emnding pergi sendiri aja deh daripada ikut tur. Gue berkali-kali gak berhasil ke GWK karena ibu-ibu tur cuman lebih suka mampir belanja ketimbang ke GWK. Kalau takut nyasar, bawa GPS yang update (gue pernah diarahin ke gang buntu disana lohhh sama GPS yang non-update, kacrut).

Terus saran berikutnya, cek kalender keagamaan lo, apa itu adalah harinya upacara keagamaan besar di Bali sana. Kalau iya, mending tunda kesananya (kecuali emang pengen liat ya). Kalau misal lo datang pas seputar Nyepi misalnya, wah alamat bengong di hotel tuh. Terus kalau emang bukan peak season, mending cari hotel spontan aja disana. Ada ratusan hotel disana dan lo bisa pilih langsung.

Saran berikutnya, enjoy Bali! (:

February 25, 2011

Pertama, Bandung

Kata temen gue, mendingan blog ini dijadiin blog culinary aja. Jangan, gue terlalu suka ngoceh sampe gak rela cuman ngoceh tentang satu hal aja. Tapi bolehlah sekali-sekali cerita soal makanan dan tempatnya. Atau tempat enak buat makan dan makanannya. Atau apapun deh yang ada hubungannya sama makanan.

Pertama, Bandung. Kota yang udah gue datengin puluhan kali dan gak pernah puas. Buat gue, bandung itu surganya dosa kalori. Kalo tinggal disana mungkin badan gue bakal melar dua kali lipet kali yaa. Dari pengalaman puluhan kali itu, beberapa tempat makanan yang ‘layak’ untuk didatangi versi gue antara lain:

1. Warung Kopi Purnama (breakfast)
Lokasinya di jalan Alkateri. Menu makanan andalannya (kayaknya sih) roti bakar pake selai srikaya homemade dan kopi (original maupun pake susu). Sebenernya makanan yang dijual disini macem-macem, tentunya berkisar antara makanan buat sarapan. Selain roti srikaya, masih banyak kategori roti bakar lainnya yang layak buat dicoba, misalnya roti bakar asin macam ham dan telur atau roti bakar manis macam coklat keju. Didepan tokonya mangkallah tukang jajanan kue tradisional dan tukang mie kocok. Tempatnya kecil, sederhana, dan selalu penuh (jadi jangan kaget kalo gak kebagian tempat duduk). Harganya super murah, paling makan dan minum habis sekitar 15-10 ribu rupiah.

2. Café Bali (lunch or dinner)
Lokasinya di jalan Riau. Salah satu tempat oke lainnya yang ada di Bandung, lucunya dia banyak jual makanan khas bali kayak nasi campur dan bebek betutu. Kalau kesini, bisa milih mau makan di tempat prasmanan (semacam Bumbu Desa yang ambil sayur terus bayar dan makan) atau mau makan a la carte (pesen menu). Yang enak itu suasana duduk ditempatnya. Asli nyaman banget karena tamannya dibikin ke-Bali-Bali-an. Harga makanannya sedeng, sekitar 50 ribu-75 ribu lah makan dan minum.

3. Pak Ci’met (lunch or dinner)
Actually gue lupa cara nulisnya. Lokasinya di jalan Sukajadi, pas di seberang factory outlet Rainbow (yang jual yamin yang akan gue bahas di nomor selanjutnya). Sebenernya ini restoran sunda biasa, cuman lo harus liat penyajian nasinya (yg dibikin jd bentuk pyramid tinggi), harus makan tumis seladanya, ama harus makan tumis pucuk pakisnya. Tumis sayurnya dia luar biasa seger. Tapi biasa kalo udah sore tuh udah abis sayurannya, grrr. Harganya normal, sekeluarga abis 150 ribu-200 ribu tergantung pesenan.

4. Yamin Rainbow (breakfast or lunch)
Ada yang manis dan asin. Mie nya enak deh, kecil-kecil alus gitu. Makannya ditemenin ama jus strawberry. Langsung puas perut lo deh. Harganya bersahabat, ama jus paling abis 20 ribu.

5. Nasi Kalong (dinner)
Ini salah satu tempat makan aneh lainnya. Nemunya gak sengaja banget. Jadi waktu itu nginep di Horizon, terus keluar malem-malem cari makan pas ujan. Males dong jauh-jauh. Jadinya keluar hotel, muter balik, pas di kiri jalan rada depanan itu ada semacam tempat makan (yang kayaknya cuman buka malem aja, namanya aja kalong). Dia sistemnya kayak sayur banyak gitu bisa dipilih, nanti bayarnya diitung gitu. Nah dia sedia nasi merah. Terus gue ketagihan banget ama gulai ayamnya. Ade gue ketagihan ama roladenya. Murah dan enak deh. Paling seorang abis 15 ribu-an.

6. Batagor Kingsley (breakfast or lunch)
Yang sampe sekarang gue gak tau posisinya dimana. Nyasar melulu tiap mau nyari. Ini batagornya emang enak asoy. Tapi muahalnya ampun deh. Kayaknya sebiji 6000 apa udah naik lagi gue gak tau deh. Dan ramenya ampun.

7. The Valley (dinner)
Tempat makan romantis diatas Dago. Kalau bookingnya udah sampe 30%, lo gak akan bisa booking tempat lagi, langsung dateng aja. Tapi kalo lagi rada peak season, dia bakal full banget pas malem. Sejujurnya tempat makan ini rada mahal, tapi porsinya juga lumayan gede. Yang jelas suasananya nice, romantis deh kalo yang mau pacaran atau nongkrong. Kalau duduk didalem lo cuman akan dapet suasana life music ama interior ruangan yang manis. Kalo duduk di depan, lo akan dapet pemandangan Dago dimalam hari. The choice is yours, dua-duanya oke. Harga per orangnya sekitar 100000-150000 deh. Oh, ya, kalau mau kesini, pastiin kemampuan nyetir lo lumayan, karena tempat parkirnya super nanjak.


8. Fashion Pasta (dinner)
Ini tempat makan yang lagi nge-trend di Bandung. Ramenya super, dan gak bisa booking kalo gak salah. Sekali-kalinya gue bisa kesana itu karena temen makan gue kenal ama yang punya, si bule Italia atau spanyol yang jago masak dan memutuskan buat buka restoran pasta di Indonesia. Pastanya sih enak, recommended, dan tempatnya juga enak. Dia sedia wine segala. Harga makanannya gak jauh beda lah ama The Valley. Tapi parkirnya cuma di pinggir jalan gitu, jadi kalo lo kemaleman datengnya ya nasib jalan deh dan nasib nunggu giliran.

9. Toko Kue Bawean (Sweetheart)
Kalau Kartika Sari sih udah pada tau lah yaa, jadi gue bahas lainnya aja. Toko kue ini udah lama banget, adanya pusatnya di Jalan Riau, tapi cabangnya ada beberapa tempat kayaknya. Browniesnya enak loh, dan bagelannya juga enak. Ditambah sekarang dia jual es krim yang luar biasa enak kalo dimakan siang-siang panas-panas. Kalo gak salah dia buka cabang di Jakarta, yang cuman toko kecil aja, namanya muchies di FX.


10. Toko Kue Prima Rasa
Tadinya pusatnya ada jauh gitu buat turis macam gue yang buta jalan di Bandung, dideket jalan kereta api yang gue gak tau nama jalannya. Sekarang dia buka didekat paskal, alias pasir kaliki (dan kayaknya masih ada cabang-cabang lainnya). Gue doyan banget ama picnic roll nya, sama sekarang dia jual pisang molen yang gak terlalu berminyak (menurut gue).

Jadi kalo lo doyan makan, jalan-jalan aja ke Bandung. Rata-rata makanan disana enak-enak. Dijamin ketagihan deh!

January 28, 2011

Sebal

Gue pengen nulis. Udah lama banget pengen nulis something, yang idenya dari tak ada menjadi ada, dari ada menjadi tiada lagi. Tapi apa daya, jadwal sialan ini mulai nyekek gue. Mungkin ini baru masa penyesuaian, yang jelas sih waktu gue abis aja gitu, penuh dengan kegiatan kecil-besar-penting-tak penting lainnya.

Jadi kalau dirinci, kegiatan gue, selama minggu ini khususnya, terdiri dari kegiatan:
Senen - minjem buku di perpus, kelas seharian, nyiapin materi rebo, ngelayat.
Selasa – ngerjain itungan ekmen sampe gila dan stuck di nomer 18.
Rebo – kelas, sidang full day, dan masih lanjut ngerjain ekmen, kali ini dengan sedikit pencerahan bahwa cara gue ternyata gak salah. Ternyata gue gak bego, seperti yang selalu ditekanin ama seseorang.
Kamis – berusaha ngerjain tugas 10 thou bc (dan Alexander sih, tp br 45 menit gue udh nyerah nontonnya) dan syukurlah, akhirnya kelar si 10 thou bc (biar Alexander dikasi ke orang lain aja hahaaa).
Jumat – clueless soal homework spbu. Siapa nih yg bakal ngerjain??
Dan voila, udh mau senen lagi aja gituuuu…

Super dang!
Jadi intinya sekarang ini emosi gue cuman ada diujung kuku aja. Grrrr you better not disturbing me with anything unimportant.

January 20, 2011

Another things about him...

He loves boiled shrimp, especially drunken shrimp.
He loves duck, especially roasted duck.
He loves sushi.
He loves noodles.

Actually, he loves to eat.
He loves to try something new, whether it’s a new place, or new menu.

January 11, 2011

May you live well in heaven...

Bermula dari mendapatkan berita di siang bolong dari papi, ‘Anaknya Om X hilang dari kemarin.’ Karena dapat ceritanya kemarin (senin), maka hilangnya berarti kemarinnya lagi (minggu). Kebetulan papi lumayan deket sama Om X, bisa dibilang itu teman baiknya. Kadang malah terlihat lebih dekat daripada saudara sendiri. Kaget tentu mendengar berita sepotong seperti itu. Anak yang umurnya sudah 20-an tahun hilang begitu saja.

Ketika ditanya ke papi, katanya kemarin diminta papanya untuk beli obat di apotek di kompleks rumahnya. Mereka tinggal di Sunter, yang kita semua tahu bukan merupakan daerah yang sepi terutama di hari Minggu. Setelah keluar dari rumah, sang ayah tidak mendengar kabar apapun dari anaknya lagi. Mulai pikiran buruk bermunculan, jangan-jangan diculik. Tapi cukup aneh memang kalau diculik, karena si anak mengendarai mobilnya sendiri di lingkungan yang ramai. Kalau asumsi orang kan penculikan itu biasa terjadi di tempat yang sepi dari khalayak umum.

Bagaimanapun juga, sang ayah yang cemas akhirnya memutuskan untuk mendatangi polisi untuk melaporkan hilangnya anaknya. Kabar sepotong-sepotong yang diberitakan papi ke kami di rumah diberitakan dalam kurun waktu beberapa jam sekali. Dan karena sepertinya semakin lama kondisinya semakin suram, kami tidak bertanya lebih jauh via telepon atau bbm. Yang kami tahu hanyalah minggu malam terjadi penarikan uang sejumlah 10 juta dari rekening sang anak dari daerah Bekasi. Lalu seninnya terjadi penggunaan kartu kredit sang anak di daerah Surabaya. Yang ada dipikiran saya masih terpecah, antara benar sang anak diculik, atau memang kabur. Semoga saja kabur, karena berarti dia pergi atas kemauan sendiri, bukan diculik. Tante X menangis tak berhenti memikirkan anaknya. Harusnya dari tangisannya saja sudah bisa diduga bahwa sang anak bukan hilang atas kemauan sendiri, sebut saja naluri seorang ibu.

Malam hari kemarin, papi mengabari bahwa mereka akan pergi ke Cikampek untuk mencari sang anak yang katanya dibuang disana. Saya tidak tahu apakah kalian percaya atau tidak dengan sixth sense, nyatanya memang ada beberapa orang yang diberi karunia untuk melihat hal-hal yang biasanya tidak bisa dilihat oleh orang lain. Intinya, salah satu teman dari teman mereka memiliki kemampuan itu dan mengatakan bahwa sang anak ada di daerah Cikampek, dan mobilnya sudah dibawa pergi tentunya. Mungkin kalian berpikir betapa anehnya mempercayai kata-kata tanpa dasar seperti itu. Tapi kalau di benak saya, orang tua yang putus asa mencari anaknya yang hilang akan melakukan apapun, apapun yang memberikan harapan walau hanya sesedikit mungkin, semua demi anaknya. Dan mereka memutuskan untuk mempercayai harapan tipis itu. Maka pergilah mereka dengan papi mami dan entah berapa orang lainnya untuk mendatangi rumah sakit di tempat yang ditunjukkan itu.

Muncul sedikit pikiran buruk bahwa sang anak pasti dalam kondisi yang buruk, karena kalau tidak, maka pasti dia akan mencari bantuan. Tidak ada yang berani menyebutkan kata meninggal, semua berharap sang anak ditemukan dalam keadaan selamat. Kami semua mengatakan pasti selamat karena begini, pasti selamat karena begitu, mencarikan alibi atas ketidakadaan kabar sang anak. Pada dasarnya, manusia yang mungkin punya sedikit naluri mengenai suatu fakta, sering tidak berani mengucapkannya karena dia berharap fakta itu salah. Sometimes we spoke something to convince ourself.

Kabar berikutnya yang kami terima adalah bahwa sang anak ditemukan dalam keadaan meninggal. Dijerat menggunakan tali sepatu, dan jasatnya dibuang di kali. Ditemukan oleh warga pada pukul 8 pagi kemarin. Perih bukan? Orang tua harusnya tidak memiliki beban untuk mengubur anaknya sendiri. Anak harusnya hidup sampai besar untuk melihat orangtuanya menua sementara mereka tumbuh menjadi dewasa. Tapi hidup memang aneh, dan apapun mungkin terjadi.

Kalau papi mami dan pasangan Om dan Tante X tinggal di satu daerah yang sama, mungkin kami dan sang anak akan saling mengenal seperti saudara sepupu saja. Toh orang tua kami sangatlah dekat. Akan tetapi, pada faktanya kami tidak mengenal sang anak. Tetapi walau kami tidak mengenalnya, bohong jika kami bisa menghilangkan perasaan sedih dan prihatin, perasaan miris yang kami rasakan ketika menerima berita ini. Sedih melihat kesedihan papi yang mengenal anak itu sejak kecil. Sedih memikirkan perasaan orang tuanya yang mendadak kehilangan anaknya dalam keadaan yang sangat tidak manusiawi.

Wajar jika manusia memiliki rasa cemas hingga paranoid karena faktanya begitu banyak kejahatan yang tega ditimpakan kepada orang lain ketika seseorang menginginkan sesuatu. Manusia dengan mudahnya tega manghilangkan nyawa. Mengetahui cerita ini semakin menyadarkan bahwa manusia memiliki hidup yang luar biasa singkat. Sekarang ada besok bisa hilang.

Farewell, David. May you rest in peace. No matter how soon you departed from this world and how cruel its way, I hope you have a great life and get a peace inside. God please give strength to his parents who left behind. And God please protect all of us from any evilness from other people’s mind.


Our Father, Who art in heaven, Hallowed be Thy Name.
Thy Kingdom come.
Thy Will be done, on earth as it is in Heaven.
Give us this day our daily bread.
And forgive us our trespasses, as we forgive those who trespass against us.
And lead us not into temptation, but deliver us from evil.
Amen.

January 6, 2011

Say hey to Eeyore

Maybe one of my favorite characters is Eeyore. You know him, don’t you? Please tell me that you know, because if you don’t it will make him sad. It’s not like I only favor him. I like Mickey, especially the baby type and the classic type. But for me, Mickey is just too smart for my taste. He is always boasting about his knowledge, and yes, he’s very smart. Eeyore is different. It’s not that he’s not smart. He is, only he won’t boast about it. And if you know nothing about him, then let me tell you something about Eeyore.


Taken from here:
Eeyore is one of Winnie the Pooh characters, a very gloomy, blue-gray donkey, stuffed with sawdust. His appearance is highlighted by a small light pink bow on his tail; this reflects well on this animal when there is an occasional hint of joy that surfaces in Eeyore. Eeyore is about 18 inches in height and 27 inches in length. Eeyore resides in the southeast corner of the 100 Acre Wood, an area marked as "Eeyore's Gloomy Place: Rather Boggy and Sad" presented in the book’s map area. His favourite food is thistles. Amongst his other preferences are pots and red balloons. Eeyore’s birthday fall on the 10th of May, 1871 which the date when he was made. Eeyore loves being remembered on his birthday and likes to blow the cake while his other friends join him in the celebration whereas be dislikes being bounced, he is not fond of swimming and dislikes broken thistles. His other concern is that his house keeps falling down (he has to rebuild it again, and again, and again).

Because Eeyore is made of sawdust, thus when he lost his tail in the 100 Acre Wood, Owl found it and began using it as bell-pull outside his door. Then Winnie the Pooh found it and ultimately Christopher Robin pins it onto his back, much to his delight that he has his lost tail fixed. Eeyore will often enquire that if his tail has been properly fixed and at the right point. It is well known that Eeyore has a depressive nature and he is always gloomy, but he is also a compassionate animal. This is shown when Eeyore is able to grow a plant which Rabbit, a much respected gardener is unable to grow. Eeyore achieves this by giving the plant some of his love.

In Eeyore’s perception of himself, he doesn’t expect too much of himself and therefore remains quiet for most of the time. That in no ways means he isn’t an intelligent animal, he is actually quite knowledgeable yet he confines his knowledge to himself. This is the reason why he is very quiet most of the time and a bit depressed.

Eeyore has very little expectations from his friends and therefore wherever there is an occasion where his friends gather around his to help him, his thoughts of receiving the worst are dismissed and he has a feeling of being grateful to them. Eeyore’s biggest problem is when his tail falls off and that happens frequently (he has lost it many times). And this is where his friends help him the most and amongst all friends Christopher Robin is the one who mostly undertakes the job of fixing Eeyore’s tail. Christopher uses a drawing pin to reattach the tail. Owl once mistook Eeyore’s tail for being a bell-pull. He shall often pretend that he is helping his friends in their time of need because he has nothing better to do but that in no way means he is unwilling to help, Eeyore is always ready to lend a helping hand to his friends.


Isn’t he sweet? His eyes makes me want to take him home and hugs him tightly. Maybe that’s one of the reason why my boyfriend keeps giving me Eeyores :D I think he’s afraid that I will crush my Eeyore soon with my hugs. Or maybe he wants them to keeps me company.

Anyway, I really love all of my bluish Eeyores with their gloomy and stupid face..

January 4, 2011

Hello, 2011,

Well, kinda nice to meet you. Hmm, that’s understatement. I’m ecstatic to meet you. Somehow I really wish last year to disappear soon enough, and well, it’s granted. And it’s not because last year is not good. It was pretty nice.

Anyway, tho last year was good enough, I’m eager to feel you, 2011. I don’t know whether you’ll be good or not. I just know that this year will give me something. It’ll bring me something.

I just believed it.

So, please granted my wish again this year, will ya? I know you can :)