May 24, 2010

bye bye friendly, welcome vicious

Mengobrol dengan berbagai macam orang memang menyenangkan, akan tetapi energi yang mereka lontarkan dalam percakapan juga ikut menular ke diri. Ketika obrolannya ringan dan menyenangkan, maka feelingnya ikut ringan dan menyenangkan. Jika obrolannya berat dan menguras emosi, maka feelingnya ikut berat dan sarat emosi. Belum lagi jenis orang yang menjadi lawan bicara. Kalau orangnya emang cocok ngobrolnya, ikut senang berbicara dengan orang itu. Tapi kalau orangnya menyebalkan, rasanya males deh. Yang menyebalkan itu kalau mood gue sedang swing ke arah antisocial, rasanya malas bicara, malas basa-basi, malas beramah-tamah, tapi kalau dicuekin nanti gue dibilang sombong, marah, dingin, apapun. Padahal simple aja, emang gue lagi males ngomong. Kan ada tahap manusia malas bicara kan? Kalau posisinya dibalik, lo yang males bicara dan gue ngajak ngomong obrolan yang menurut lo menyebalkan juga pasti lo akan gak suka kan.

Tapi itulah susahnya, apalagi kalau memakai perangkat social, si blackberry mungil yang memungkinkan segala percakapan social-networking dari manapun dimanapun kita berada. Entah kenapa belakangan orang jarang sekali mempedulikan tanda ‘busy’ di status messenger jika mereka mengetahui bahwa kita memakai perangkat blackberry itu. Emang lebih baik di-offline saja sekalian kalau mau tidak terganggu sama sekali. Tapi tetap saja hal itu gak berlaku di bbm, yang gak bisa di-offline kecuali kehabisan pulsa. Belum lagi kebiasaan beberapa orang menge-buzz atau menge-ping kalau message-nya belum dibalas padahal gak penting sama sekali. Bahkan mode silent saja menyerah karena si-buzz dan si-ping pasti membuat hp bergetar. Kenapa gak tunggu dibales aja sih, siapa tau si pemilik sedang sibuk apa gitu.

Tapi yang paling menyebalkan gak lain dan gak bukan adalah pria-pria iseng pencari mangsa, entah tujuannya serius (walau diragukan sekali keseriusan tersebut), hanya murni iseng saja, atau memang hanya mau berteman. Mungkin itu alas an banyak orang memasang status palsu sepertinya, karena entah kenapa kata single selalu saja mengundang kerumunan yang mengganggu. Dan mengganggu itu dalam arti sudah mengganggu batas personal kehidupan seseorang sih. Bagus kalau yang iseng hanya satu atau dua. Tapi kalau jumlah yang isengnya sudah lebih dari batas yang bisa di-handle, maka rasanya mau berteriak marah. Kenapa orang suka menebar pesona dimana-mana sih? Rasanya seperti dianggap mainan penghilang kebosanan oleh kalian yang iseng-iseng itu deh. Kesal rasanya.

Semua berkat social networking. Padahal sudah dibatasi dengan menolak semua orang asing tak dikenal disana, akan tetapi ternyata masih ada saja orang-orang iseng yang lolos masuk. Padahal sudah menghapus orang-orang yang mengganggu, tapi kadang masih muncul yang lain lagi. Padahal sudah memilih orang yang sekiranya memang dikenal tapi ternyata bahkan orang yang dikenalpun tetap termasuk golongan iseng. Maaf kalau kesannya sombong, akan tetapi se-sosial-sosialnya gue, gue tetap butuh jarak pribadi, dan gangguan dari si iseng-iseng ini benar-benar sudah sangat menguji kesabaran gue. Maka kalau seperti itu peduli amat dibilang sombong deh, I don’t care, gue butuh my private space dan kalau tindakan drastis seperti bersikap jutek bisa membantu, maka gue bakal ngelakuin itu juga akirnya. When drastic measure is needed, bye bye friendly, welcome vicious, because i need my private space back sometimes.

2 comments:

amadea said...

haha sepertinya lo udah jauh lebih socialable (ato sociable ya? haha) dibanding dulu.. dlu introvert nya lebih berasa deh.. ato krn BB lo jadi dipaksa lebih sosial ya? haha..

Vanya Alessandra said...

sociable kayaknya.. gue dl ga introvert kokkk, tuntutan peran aja itu makanya terkesan begitu, padahal saia ini selalu menjadi anak yang ramah kokkk *nada membela diri*

Post a Comment