November 1, 2010

Keterbatasan Berbahasa

Kalau dikatakan bahwa masalah di dunia ini semua bermula dari bahasa maka itu sangat masuk akal. Manusia memang diciptakan secitra dengan penciptanya, tentu saja tetap memiliki keterbatasan jika dibandingkan dengan kehebatan sang pencipta. Kalau dalam alkitab agama kristiani, masalah bahasa yang paling terkenal pastinya kisah menara Babel. Disana diceritakan bahwa karena manusia tamak dan berusaha mendekati Tuhan dengan caranya sendiri maka marahlah Tuhan dan menghukum manusia dengan memberikan bahasa yang beraneka ragam sehingga mereka tidak dapat memahami satu sama lainnya.

Karena Tuhan adalah sang maha bijak dan maha hebat maka Dia pasti memiliki bahasa yang jauh lebih kompleks dan rumit dibanding manusia. Sebetulnya hanya seperti menjentikkan jari saja maka dalam sepersekian detik Tuhan bisa mentransfer pikriannya ke pikiran manusia. Sayangnya manusia bahasanya terlalu terbatas untuk memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan. Mungkin karena itulah Tuhan selalu menggunakan simbol atau tanda tertentu dalam berbicara dengan manusia. Contohnya perjanjian Tuhan dengan Nuh yang berwujud pelangi atau janji Tuhan yang diwujudkan dalam mengirim Yesus, putranya ke bumi untuk menebus dosa manusia. Pejanjian Tuhan sering tidak menggunakan bahasa manusia tetapi berwujud symbol. Bahkan kisah di alkitab menggunakan banyak sekali perumpamaan yang mungkin terkesan membingungkan.

Padahal kalau dipikir-pikir, kenapa Tuhan harus membuat bahasa yang rumit di alkitab? Manusia yang membacanya kan bisa punya interpretasi masing-masing dan pesan yang disampaikan akan hilang dalam kesalahpahaman. Tetapi kalau melihat masalah bahasa pada diri manusia maka logis sekali alasan penggunaan simbol dan tanda di alkitab tersebut. Alasannya mungkin semata supaya alkitab dapat dibaca di jaman apapun tanpa perlu kehilangan pesan sebenarnya. Itu dengan catatan kalau manusia yang membacanya bisa memecahkan kode yang terkandung di dalamnya. Sama seperti peta harta karun, harus ada kunci yang bisa digunakan supaya pembacanya bisa mengerti maksudnya.

Bila benar masalah duniawi adalah bahasa, maka wajar saja kalau dalam hubungan antar manusia sering terjadi kesalahpahaman berkomunikasi. Sering ada pepatah yang mengatakan ‘andai hati terbuat dari kaca dan bisa dikeluarkan supaya orang bisa melihat isinya yang sesungguhnya.’ Sepertinya memang manusia harus berusaha lebih keras dalam menyampaikan isi hatinya demi mecegah kesalahpahaman berkomunikasi.

0 comments:

Post a Comment