June 2, 2010

Hidup itu indah!

Awal Juni, bahkan sisa hawa Mei pun masih tercium lamat-lamat baunya, tertimpa oleh bau angin janji untuk musim berikutnya yang akan segera tiba. Seperti bau rerumputan basah setelah hujan yang tercampur bau sinar matahari yang terang setelahnya. Transisi musim, disinilah aku berada saat ini. Di waktu yang kusebut saat ini, suatu periodikal waktu antara sekian hingga sekian yang betul-betul merupakan saat ini.

Titik ini adalah titik dimana aku berhenti sejenak dari perjalanan, sambil berpikir, mau kearah mana sekarang. Tidak ada pilihan lain selain maju sebenarnya, akan tetapi maju itu kemana sebenarnya Tidak ada petunjuk arah dalam hidup. Sebenarnya aku manusia adalah buta. Aku berpikir bahwa aku melihat, tapi sebenarnya tidak. Aku melihat titik ini, tetapi sampai kapanpun aku tidak akan bisa melihat ke masa depan, dan sampai kapanpun aku hanya akan bisa melihat sisa masa lalu saja. Sejauh apa mata memandang, sesipit apa memicingkan mata, tentu jarak pandang yang ada hanyalah saat ini saja. Titik ini dimana aku berdiri sejenak untuk berpikir.


Sambil ngos-ngosan seperti habis berlari sangat jauh. Meninggalkan gumpalan kejadian kabur yang semakin lama semakin blur saja gambarnya. Semakin lama gumpalan berubah menjadi pecahan yang lalu berubah menjadi serpihan yang kemuduan berubah menjadi bulir pasir. Ya, hanya pasir, semua pasir-pasir pembentuk diri saat ini yang saking halusnya sampai bisa-bisa terlupakan oleh indera di badan. Lupa akan baunya. Lupa akan bentuknya. Lupa akan rasanya. Lupa akan suaranya. Halus sekali perpindahannya. Sehalus perpindahan waktu yang tidak pernah aku sadari sampai aku berhenti untuk merasa sejenak.

Sampai aku berhenti untuk merasa sejenak, sampai diri bisa menangkap pemandangan saat ini dengan lebih jelas lagi, sejelas foto yang diambil dengan kamera tercanggih yang sampai titik terkecilnya pun bisa diabadikan dalam sebuah gambar. Menangkap pemandangan saat ini yang ternyata begitu luar biasa sampai suasananya terasa di seluruh hati jiwa raga. Mungkin karena kuat rasanya sampai-sampai aku lupa akan rasa yang lama dan tidak bisa merasakan rasa yang akan datang. Pemandangan yang merasuk ke seluruh hati jiwa raga, fenomena ajaib yang hanya bisa dinikmati di titik ini saja. Saking kuatnya sampai terasa sedikit rasa menyesal, coba jika dari dulu mau memelankan langkah untuk merasakan fenomena saat itu, mungkin tidak akan secepat itu gumpalan berubah menjadi pasir. Yang sebenarnya merupakan pikiran yang percuma.

Dan sekarang setelah menyadari, setelah berhenti sejenak dan menemukan diri begitu menikmati rasa sekarang, lalu mendadak hati jiwa raga sadar, memang inilah yang harus dilakukan. Saat inilah yang harus dilakukan, bukan melakukan masa lalu atau melakukan masa depan. Saat ini yang seluruh getarannya terasa di sekujur hati jiwa raga memasuki relung dalam diri merambahi setiap sel-sel yang hidup. Seolah seperti menikmati makanan kesukaan saja, perlahan-lahan mengunyah sari demi sarinya. Seolah seperti menikmati musik terindah saja, getarannya melewati telinga dan merangsang emosi di saraf otak. Seolah seperti melihat pemandangan terindah disini, menikmati wajah yang tanpa sadar sudah ada di dalam diri. Seolah seperti mencium bau terharum yang pernah dicium, bahkan dengan baunya saja sudah bisa memberikan kebahagiaan tertinggi. Seolah seperti merasakan sentuhan tekstur ternyaman sepanjang hidup yang saking nyamannya tidak ingin melepaskan rasanya sebelum direguk sepuas-puasnya.

Dan mendadak menyadari sesuatu. Aku jatuh cinta, pada fenomena saat ini, fenomena yang rasanya sungguh kuat sekali sampai mengguncang hati jiwa dan raga, memenuhinya dengan emosi berwarna-warni layaknya karya terindah. Aku ingin merasakannya sampai puas, perasaan jatuh cinta pada fenomena ini. Rasanya seperti terbangun dari mati suri sekian lama dan menyadari bahwa dunia itu indah.

Sungguh hidup itu indah.

0 comments:

Post a Comment