June 29, 2010

emansipasi, samakan hak tapi bedakan kewajiban

Emansipasi wanita, sebuah konsep dimana gender wanita mau berdiri disejajarkan dengan gender pria. Tentu dengan maksud untuk menyamakan hak dan kewajiban. Ide itu baik, tentu, karena semua manusia pada dasarnya sama dimata Tuhan. Apalagi ide ini keluar dari pemberontakan terhadap paradigma lama yang selalu menempatkan wanita dibawah pria sejak jaman dahulu kala.

Untuk hak, oke, mungkin itu bisa disamakan. Hak dalam mendapat pendidikan, hak untuk mendapat pekerjaan dan gaji yang setara, hak untuk menyatakan pendapatnya. Pada jaman modern seperti sekarang ini sudah tidak aneh lagi melihat wanita yang duduk diatas kursi dengan jabatan tinggi. Bahkan banyak negara di dunia yang dipimpin oleh seorang wanita. Dalam hal hak, lebih mudah untuk menyetarakan pria dan wanita.



Dalam hal kewajiban, mungkin akan lebih susah. Karena mari blak-blakan saja, susah menyetarakan kewajiban pria dan wanita. Contohnya dalam rumah tangga, bagaimana mungkin menyamakan ayah dan ibu. Sudah jelas adanya bahwa ayah bertugas sebagai kepala keluarga, menafkahi keluarganya dan melindungi keluarganya dalam kondisi apapun. Dan sudah jelas bahwa ibu bertugas sebagai penyambung dan penopang keluarga, mengayomi keluarganya dan memastikan lancarnya jalannya rumah tangga. Sama seperti kodrat bahwa tanpa wanita, pria tidak punya tempat untuk mengandung anaknya dan tanpa pria, wanita tidak mungkin bisa membuahi sel telurnya sendiri.

Sama seperti dalam dunia kerja, bagaimana menyamakan kewajiban wanita, sedangkan wanita selalu minta diberikan perlakuan khusus, seperti jatah cuti sehari setiap bulan hanya untuk menstruasi, jatah cuti tiga bulan untuk melahirkan. Belum lagi resiko kalau menikah, banyak wanita yang memutuskan untuk berhenti kerja dan mengikuti suami. Hal-hal seperti itu yang selalu meletakkan posisi wanita dibawah pria dalam dunia kerja. Wajar, tapi bukan berarti benar jika diterapkan dalam masa sekarang ini.

Buat saya, emansipasi itu baik, jika konteks pembicaraannya menyangkut kasus perendahan martabat wanita yang berlebihan di jaman dulu. Tapi kalau dalam jaman modern seperti sekarang ini, wanita memang sebaiknya diberi kesempatan untuk mendapatkan hak yang setara dalam pekerjaan, pendidikan, atau hak-hak asasi lainnya. Idealnya memang wanita tetap diberi kesempatan yang sama dengan pria, karena banyak juga wanita yang kecerdasannya setara dengan pria dan dedikasinya dalam pekerjaan juga setara dengan pria.



Asal jangan lalu muncul wanita-wanita yang lupa statusnya sendiri. Wanita, sudah kodratnya untuk memenuhi panggilan sebagai wanita, beberapa area yang tidak bisa dijajaki oleh pria. Jangan sampai saking asyiknya menyetarakan diri dengan kaum pria lalu melupakan kodrat utamanya sebagai wanita. Dan juga wanita jangan lupa untuk tidak sampai melangkahi garis batas pria, mengambil apa yang sudah menjadi hak dan kewajiban pria. Intinya seimbang sajalah.

Emansipasi itu baik, akan tetapi kalau boleh jujur, sebagai seorang wanita, saya tetap menyukai kondisi dimana wanita adalah suatu ciptaan yang perlu dilindungi oleh pria. Boleh diberi hak bangkit sendiri, tetapi alangkah baiknya jika ada seorang pria yang berdiri disamping saya dan mengulurkan tangan untuk membantu berdiri. Boleh membawa mobil sendiri, tetapi alangkah baiknya kalau ada pria yang duduk dibagian penyetir. Boleh duduk di kursi penumpang, tetapi alangkah baiknya kalau ada pria yang bersedia membukakan pintu ketika turun. Boleh membawa barang sendiri akan tetapi senang sekali kalau ada pria yang bersedia membantu membawakan.

Bagi saya, boleh menjadi seorang wanita kuat yang independent, tetapi ternyata tetap menyenangkan ketika ada seorang pria yang dengan posesifnya menganggap saya properti miliknya. My girl, panggilan yang tentu akan ditepis jauh-jauh oleh kaum feminis sedunia, karena panggilan tersebut adalah panggilan yang menempatkan saya sebagai wanita dengan posisi sebagai sebuah properti milik seorang pria. My girl, panggilan yang menempatkan saya dibawah seorang pria yang seharusnya berdiri sejajar dengan saya. My girl, panggilan yang saya terima dengan senang hati dan jelas membuat saya tersenyum sepanjang hari dan hari berikutnya dan hari berikutnya lagi. My girl, panggilan yang hanya seorang pria saya ijinkan untuk memanggil saya demikian.

Jadi, kalau buat saya, emansipasi itu baik. Emansipasi itu seperti semburan angin dingin buat wanita yang ingin lepas dari jajahan paradigma kolot. Tapi tetap saja, ada area-area tertentu yang memang sudah merupakan kodratnya pria dan ada area-area tertentu yang sudah merupakan kodrat wanita.

Intinya, emansipasi, samakan hak tapi bedakan kewajiban.

0 comments:

Post a Comment