August 24, 2010

Seberapa pentingnya sebuah nama?

Gue kerja di tempat dimana nama dan gelar adalah suatu hal yang sakral, bahkan kadang gelar bahkan bisa lebih penting dari namanya sendiri. Entah itu penting untuk meningkatkan derajat kecerdasan dimata orang lain atau sekedar penghormatan terhadap bidang ilmu yang diambil. Kadang hanya salah satunya, tetapi kadang campuran dari keduanya.

Buat gue, nama penting kalau kasusnya itu menulis nama orang lain. Kalau nama gue yang ditulis atau disebut salah, yasudahlah gak penting juga. Tapi sebisa mungkin gue selalu nyoba menyebut atau menulis nama orang dengan benar. Di dunia gue kerja, hal itu jadi sangatlah penting. Wajar aja sih, karena di dunia ini tanpa gelar maka kita adalah nothing. Gelar adalah penentu penempatan kita, job desk kita, bahkan gaji kita, tapi itu hanya berlaku di dunia gue kerja.

Kalau udah masuk ke kasus sehari-hari, maka pertanyaannya Cuma, “Penting ya?” Contohnya simple, entah kenapa belakangan gue nemuin undangan merit yang nama mempelainya ada tambahan gelarnya. Penting ya? Come on, who cares lo kuliah apa ketika lo merit? Kalau ada yang peduli, materiil sekali ya dunia kita? Tapi banyak orang nganggep “Ya dong, kan udah kuliah mahal.” Ya itu sih kalo kuliahnya udah master ato doctor atau bahkan udah dapet gelar professor. Kalo masih sarjana strata satu sih malu-maluin aja. Gue bahkan ragu kalo gue udah professor sekalipun (walau kayaknya otak gue gak akan nyampe ke jenjang keprofesoran deh) gue bakal nyantumin itu gelar di benda public macam kartu nama atau, lebih parah lagi, undangan apapun.

Di benak gue, nama itu gak penting kecuali untuk menghormati orang tua yang memberikan nama tersebut dan gelar itu gak penting karena gak menunjukkan kecerdasan seseorang juga. Tapi ternyata pendapat gue bisa berubah, semata hanya karena satu kejadian kecil (tapi mengganggu).

Semata karena gue ternyata kenal sama seseorang yang menggunakan nama sebagai wujud penghinaan. Bukan ledek-ledekan nama ala anak SMP-SMA ya, tapi dalam wujud yang lebih pengecut dari itu. Yang gue maksud disini jelas bukan nama gue. Gue sih ga pernah peduli kalo diri gue yang dijadikan objek semacam itu, tapi kalo itu udah menyangkut ke orang yang deket sama gue emosi gue langsung naik. Apalagi entah kenapa gue ngerasa kalo dia sengaja ngelakuin itu untuk membuat gue sebal. Entah udah berapa puluh kali gue meralat kesalahan dia menyebut nama itu, tapi entah kenapa dia selalu sengaja pake si nama lain yang ada diotaknya itu. Mungkin juga dia segitu bodohnya jadi gak bisa membaca dan menulis dengan benar, which is gue ragu dia bodoh. Kalau udah gitu kemungkinan yang tersisa kan cuma tinggal unsur kesengajaan, atau mungkin dia emang seseorang yang gak bisa menghormati orang lain karena merasa dirinya paling hebat.

Tsk, such a megalomaniac person. Tapi berkat dia gue jadi bisa sedikit instropeksi diri, bahwa tindakan tidak menghormati orang lain (entah apapun alasannya) tidak layak dilakukan dengan cara sepengecut ini. Even if you hate someone so bad, you need to pay respect to them. Dan gue yakin kalau ada orang yang ngelakuin itu ke dia, pasti dia gak akan suka. Dia orang yang lumayan bangga sama namanya dan menyandang marga keluarga dengan bangga (pernah diceritain makanya gue tau). Seenggaknya sekarang gue jadi tau orang macam apa dia itu, seseorang yang gak bisa menghormati orang lain dengan baik. Dan dia berhasil mengajarkan pesan moral ke gue, don’t treat people something you don’t want them to do to you.

Respect others, because only God can count our value in life, if we have it.

0 comments:

Post a Comment